CMBC Indonesia - Setelah menjalani observasi di Natuna selama 2 pekan terkait virus corona, ratusan warga negara Indonesia kembali ke kampung halaman masing-masing. Sebagian dari mereka yang merupakan mahasiswa berharap dapat menuntaskan studinya tapi ada pula yang berharap tidak kembali lagi ke Wuhan di China.
Total ada 238 WNI yang pulang kampung pada Sabtu (15/2) kemarin. Ratusan WNI itu sebelumnya diobservasi di Natuna usai dievakuasi dari Wuhan pada 2 Februari 2020 lalu karena wabah virus corona. Mereka diobservasi selama 14 hari. Proses observasi dilakukan sesuai dengan standar World Health Organization (WHO).
Ke-238 dan 42 tim penjemput serta 5 tim Aju dari KBRI Beijing 5 orang dinyatakan sangat sehat. Mereka juga dibekali sertifikat kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kami lengkapi juga sertifikat kesehatan dia dari hasil pemeriksaan, pemantauan selama observasi," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Setibanya di Jakarta, perwakilan dari daerah dan keluarga telah menunggu kedatangan mereka. Momen bahagia pun tampak dalam proses penjemputan 238 WNI tersebut.
Keluarga menyambut bahagia kedatangan mereka. Beberapa di antaranya bahkan berencana menggelar syukuran atas kepulangan dan kesehatan anaknya atau keluarganya yang baru saja menjalani observasi di Natuna. Sejumlah kepala daerah juga menyambut langsung kepulangan warganya.
Di antara ratusan WNI itu ada sembilan mahasiswa Wuhan asal Samarinda. Orang tua meminta mereka pindah kuliah.
Kesembilan mahasiswa tersebut tiba di Bandara APT Pranoto, Samarinda, hari ini, Minggu (16/2), setelah dari Natuna diberangkatkan ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sembilan mahasiswa itu merupakan mahasiswa asal Kota Kutai Kartanegara dan Kutai Timur. Lima mahasiswa asal Kaltim lainnya mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan, yang merupakan mahasiswa asal Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser.
Para mahasiswa yang siang ini tiba di Kota Samarinda umumnya WNI yang menimba ilmu di fakultas kedokteran. Para mahasiswa mengaku gembira bisa kembali ke rumah mereka setelah menjalani masa-masa kepanikan saat berada di Wuhan, China. Namun mereka mengaku bahagia saat berada di Natuna karena diterima dengan baik oleh negara.
Innesa Alviani Nur Fadillah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hubei Minzu University di Enshizhou, mengatakan akan kembali ke China setelah pemerintah setempat memberikan izin atau membuka kembali kota itu. Disinggung mengenai kekhawatiran virus itu kembali, Innesa mengaku, sejak berada di Natuna, mereka sudah dibekali cara melawan virus itu.
Fokusnya menuntut ilmu, dan kami sudah tahu bagaimana cara menangkal virus itu. Jadi tidak khawatir," kata Innesia kepada detikcom di ruang VIP Bandara APT Pranoto.
Sementara itu, rasa kekhawatiran tampak dari wajah Rusdiati, orang tua Riska Nurazizah, mahasiswa kedokteran di daerah Jioncho, Wuhan, China. Rusdiati berharap anaknya melanjutkan kuliah di negeri sendiri asalkan tidak mengulang dari semester awal.
"Rasa kekhawatiran tentu ada, maunya ia kembali kuliah di Indonesia asalkan studinya tidak mengulang dari semester awal," jelas Rusdiati.
Sementara itu, Riska Nurazizah memahami kekhawatiran sang ibu. Namun mahasiswi semester VI ini mengatakan berfokus kuliah. Selain itu, mereka sudah mengetahui cara melawan virus yang membunuh ratusan orang di Wuhan saat itu.
"Tentu saja kembali untuk kuliah, nggak takut, aman. Kan kami sudah tahu kayak mana cara penanganannya, bagaimana cara penanggulangannya," jelas Riska.
Di sisi lain ada yang berharap tidak kembali ke Wuhan. Seperti Husnia dan Mursela yang merupakan warga Bekasi, Jawa Barat.
Mursela adalah warga Bekasi yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana, Jakarta, dan mengikuti program pertukaran pelajar di Wuhan University of Technology. Program Mursela itu diketahui berakhir pada Juni 2020. Kini untuk melanjutkan programnya itu, dia mengikuti program perkuliahan melalui online.
"Rencananya sampai Juni masih di Wuhan, masih ada perjanjian. Saat ini untuk sementara perkuliahan dilakukan secara online," kata Mursela.
Selain Mursela, ada juga Husnia. Dia adalah mahasiswi dari Universitas Negeri Surabaya yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar di Central China Normal University.
Husnia, satu dari dua mahasiswi asal Bekasi yang telah selesai menjalani observasi di Natuna, sudah berkumpul kembali dengan keluarga dan akan melanjutkan mengerjakan skripsi.
"Sampai saat ini saya sehat. Saya sampai di rumah ini dengan sehat wal afiat. Saya mengikuti exchange (program pertukaran mahasiswa) selama enam bulan. Sebetulnya sudah membeli tiket untuk tanggal 2 Februari untuk pulang. Jadi sebetulnya di sana juga sudah selesai kuliahnya," kata Husnia.(dtk)
Total ada 238 WNI yang pulang kampung pada Sabtu (15/2) kemarin. Ratusan WNI itu sebelumnya diobservasi di Natuna usai dievakuasi dari Wuhan pada 2 Februari 2020 lalu karena wabah virus corona. Mereka diobservasi selama 14 hari. Proses observasi dilakukan sesuai dengan standar World Health Organization (WHO).
Ke-238 dan 42 tim penjemput serta 5 tim Aju dari KBRI Beijing 5 orang dinyatakan sangat sehat. Mereka juga dibekali sertifikat kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kami lengkapi juga sertifikat kesehatan dia dari hasil pemeriksaan, pemantauan selama observasi," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Setibanya di Jakarta, perwakilan dari daerah dan keluarga telah menunggu kedatangan mereka. Momen bahagia pun tampak dalam proses penjemputan 238 WNI tersebut.
Keluarga menyambut bahagia kedatangan mereka. Beberapa di antaranya bahkan berencana menggelar syukuran atas kepulangan dan kesehatan anaknya atau keluarganya yang baru saja menjalani observasi di Natuna. Sejumlah kepala daerah juga menyambut langsung kepulangan warganya.
Di antara ratusan WNI itu ada sembilan mahasiswa Wuhan asal Samarinda. Orang tua meminta mereka pindah kuliah.
Kesembilan mahasiswa tersebut tiba di Bandara APT Pranoto, Samarinda, hari ini, Minggu (16/2), setelah dari Natuna diberangkatkan ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sembilan mahasiswa itu merupakan mahasiswa asal Kota Kutai Kartanegara dan Kutai Timur. Lima mahasiswa asal Kaltim lainnya mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan, yang merupakan mahasiswa asal Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser.
Para mahasiswa yang siang ini tiba di Kota Samarinda umumnya WNI yang menimba ilmu di fakultas kedokteran. Para mahasiswa mengaku gembira bisa kembali ke rumah mereka setelah menjalani masa-masa kepanikan saat berada di Wuhan, China. Namun mereka mengaku bahagia saat berada di Natuna karena diterima dengan baik oleh negara.
Innesa Alviani Nur Fadillah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hubei Minzu University di Enshizhou, mengatakan akan kembali ke China setelah pemerintah setempat memberikan izin atau membuka kembali kota itu. Disinggung mengenai kekhawatiran virus itu kembali, Innesa mengaku, sejak berada di Natuna, mereka sudah dibekali cara melawan virus itu.
Fokusnya menuntut ilmu, dan kami sudah tahu bagaimana cara menangkal virus itu. Jadi tidak khawatir," kata Innesia kepada detikcom di ruang VIP Bandara APT Pranoto.
Sementara itu, rasa kekhawatiran tampak dari wajah Rusdiati, orang tua Riska Nurazizah, mahasiswa kedokteran di daerah Jioncho, Wuhan, China. Rusdiati berharap anaknya melanjutkan kuliah di negeri sendiri asalkan tidak mengulang dari semester awal.
"Rasa kekhawatiran tentu ada, maunya ia kembali kuliah di Indonesia asalkan studinya tidak mengulang dari semester awal," jelas Rusdiati.
Sementara itu, Riska Nurazizah memahami kekhawatiran sang ibu. Namun mahasiswi semester VI ini mengatakan berfokus kuliah. Selain itu, mereka sudah mengetahui cara melawan virus yang membunuh ratusan orang di Wuhan saat itu.
"Tentu saja kembali untuk kuliah, nggak takut, aman. Kan kami sudah tahu kayak mana cara penanganannya, bagaimana cara penanggulangannya," jelas Riska.
Di sisi lain ada yang berharap tidak kembali ke Wuhan. Seperti Husnia dan Mursela yang merupakan warga Bekasi, Jawa Barat.
Mursela adalah warga Bekasi yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana, Jakarta, dan mengikuti program pertukaran pelajar di Wuhan University of Technology. Program Mursela itu diketahui berakhir pada Juni 2020. Kini untuk melanjutkan programnya itu, dia mengikuti program perkuliahan melalui online.
"Rencananya sampai Juni masih di Wuhan, masih ada perjanjian. Saat ini untuk sementara perkuliahan dilakukan secara online," kata Mursela.
Selain Mursela, ada juga Husnia. Dia adalah mahasiswi dari Universitas Negeri Surabaya yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar di Central China Normal University.
Husnia, satu dari dua mahasiswi asal Bekasi yang telah selesai menjalani observasi di Natuna, sudah berkumpul kembali dengan keluarga dan akan melanjutkan mengerjakan skripsi.
"Sampai saat ini saya sehat. Saya sampai di rumah ini dengan sehat wal afiat. Saya mengikuti exchange (program pertukaran mahasiswa) selama enam bulan. Sebetulnya sudah membeli tiket untuk tanggal 2 Februari untuk pulang. Jadi sebetulnya di sana juga sudah selesai kuliahnya," kata Husnia.(dtk)
Loading...
loading...