CMBC Indonesia - Jumlah kematian akibat virus corona (COVID-19) di Hubei, China naik menjadi lebih dari 1.700 pada Senin (17/02), sementara para ahli internasional telah memulai misi bersama dengan China untuk mengatasi epidemi tersebut.
Menurut data terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional Cina, jumlah kasus COVID-19 di Asia telah melewati angka 70.000.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa para ahli kesehatannya telah melakukan pertemuan pertama dengan para ahli kesehatan dari China sebagai bagian dari upaya untuk mengetahui bagaimana virus tersebut menyebar.
Misi bersama atasi COVID-19
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara tentang pertemuan tersebut melalui akun Twitter-nya: "Kami menantikan kolaborasi yang sangat penting ini dalam upaya memberikan kontribusi tentang pengetahuan global terkait wabah #COVID-19."
Dalam cuitan yang lain dia juga menyatakan: "Bersama-sama, kita menghadapi #COVID19 & kita harus menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat kesiapan kita akan hal ini. Lebih daripada itu, sudah saatnya kita membiarkan sains dan ilmu pengetahuan memimpin kebijakan yang akan kita ambil. Jika tidak, maka kita akan berjalan ke arah jalan-jalan gelap yang berujung pada perpecahan dan ketidakharmonisan."
Sebelumnya, pada Sabtu (15/02), saat berpidato di Konferensi Keamanan Munich, Tedros memperingatkan otoritas China agar tidak panik terhadap COVID-19, namun mendesak pemerintah untuk meningkatkan upaya penanganan dari virus, dengan mengatakan "masih mustahil untuk mengetahui bagaimana kelanjutan dari epidemi ini."
Tidak hanya itu, badan kesehatan PBB ini juga telah meminta China memberikan informasi lebih lanjut tentang bagaimana sebenarnya diagnosa virus itu dilakukan.
Warga AS dari karantina Kapal Pesiar dipulangkan
Sementara itu pada Minggu (16/02), warga AS yang sebelumnya dikarantina di kapal pesiar selama dua minggu di perairan lepas pantai Jepang akibat COVID-19, akhirnya diterbangkan pulang ke negaranya.
Sementara penumpang yang berasal dari Kanada, Italia, Korea Selatan, dan Hong Kong diperkirakan akan dipulangkan dalam beberapa hari mendatang setelah pemerintahnya mengumumkan tentang rencana pemulangan mereka.
Sekitar 3.700 penumpang dan awak kapal sebelumnya dikarantina di Kapal Diamond Princess sejak 3 Februari lalu. Setidaknya 355 dari mereka dinyatakan positif terkena virus dan sejauh ini masih merupakan kelompok kasus terbesar yang terjadi di luar China.
Karantina Jerman selesai
Pada Minggu (16/02), lebih dari 100 warga Jerman yang dikarantina telah diberikan izin untuk meninggalkan barak militer di Germersheim, Jerman. Mereka telah menjalani karantina selama 14 hari, setelah Angkatan Udara Jerman mengevakuasi mereka dari pusat epidemi COVID-19 di Wuhan, China.
Karantina berakhir dan hasil tes lebih lanjut untuk COVID-19 terhadap warga karantina dinyatakan negatif, demikian keterangan juru bicara Angkatan Udara Jerman.
Sebelumnya pemerintah Jerman mengirim pesawat militernya pada awal Februari untuk mengevakuasi warganya dari Wuhan, provinsi Hubei, setelah pemerintah China memberlakukan karantina di seluruh kota.
Ada 122 penumpang dalam penerbangan itu, yang sebagian besar adalah warga negara Jerman. Dua penumpang dinyatakan positif mengidap virus tersebut setelah diperiksa dan dibawa ke sebuah rumah sakit di Frankfurt, untuk dirawat secara terpisah. Kedua pasien akhirnya dinyatakan sembuh dan dipulangkan pada Jumat (14/02). Sisanya, diharuskan menghabiskan dua minggu karantina di sebuah pangkalan militer di kota selatan Frankfurt.
Jerman setidaknya telah mengkonfirmasi sebanyak 16 kasus virus COVID-19. Sebagian besar kasus yang terjadi terkait dengan sesi pelatihan yang diadakan oleh perusahaan Jerman-Cina di Bayern, di mana seorang rekan yang terinfeksi dari Wuhan hadir dalam pelatihan tersebut.(dtk)
Menurut data terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional Cina, jumlah kasus COVID-19 di Asia telah melewati angka 70.000.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa para ahli kesehatannya telah melakukan pertemuan pertama dengan para ahli kesehatan dari China sebagai bagian dari upaya untuk mengetahui bagaimana virus tersebut menyebar.
Misi bersama atasi COVID-19
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara tentang pertemuan tersebut melalui akun Twitter-nya: "Kami menantikan kolaborasi yang sangat penting ini dalam upaya memberikan kontribusi tentang pengetahuan global terkait wabah #COVID-19."
Dalam cuitan yang lain dia juga menyatakan: "Bersama-sama, kita menghadapi #COVID19 & kita harus menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat kesiapan kita akan hal ini. Lebih daripada itu, sudah saatnya kita membiarkan sains dan ilmu pengetahuan memimpin kebijakan yang akan kita ambil. Jika tidak, maka kita akan berjalan ke arah jalan-jalan gelap yang berujung pada perpecahan dan ketidakharmonisan."
Sebelumnya, pada Sabtu (15/02), saat berpidato di Konferensi Keamanan Munich, Tedros memperingatkan otoritas China agar tidak panik terhadap COVID-19, namun mendesak pemerintah untuk meningkatkan upaya penanganan dari virus, dengan mengatakan "masih mustahil untuk mengetahui bagaimana kelanjutan dari epidemi ini."
Tidak hanya itu, badan kesehatan PBB ini juga telah meminta China memberikan informasi lebih lanjut tentang bagaimana sebenarnya diagnosa virus itu dilakukan.
Warga AS dari karantina Kapal Pesiar dipulangkan
Sementara itu pada Minggu (16/02), warga AS yang sebelumnya dikarantina di kapal pesiar selama dua minggu di perairan lepas pantai Jepang akibat COVID-19, akhirnya diterbangkan pulang ke negaranya.
Sementara penumpang yang berasal dari Kanada, Italia, Korea Selatan, dan Hong Kong diperkirakan akan dipulangkan dalam beberapa hari mendatang setelah pemerintahnya mengumumkan tentang rencana pemulangan mereka.
Sekitar 3.700 penumpang dan awak kapal sebelumnya dikarantina di Kapal Diamond Princess sejak 3 Februari lalu. Setidaknya 355 dari mereka dinyatakan positif terkena virus dan sejauh ini masih merupakan kelompok kasus terbesar yang terjadi di luar China.
Karantina Jerman selesai
Pada Minggu (16/02), lebih dari 100 warga Jerman yang dikarantina telah diberikan izin untuk meninggalkan barak militer di Germersheim, Jerman. Mereka telah menjalani karantina selama 14 hari, setelah Angkatan Udara Jerman mengevakuasi mereka dari pusat epidemi COVID-19 di Wuhan, China.
Karantina berakhir dan hasil tes lebih lanjut untuk COVID-19 terhadap warga karantina dinyatakan negatif, demikian keterangan juru bicara Angkatan Udara Jerman.
Sebelumnya pemerintah Jerman mengirim pesawat militernya pada awal Februari untuk mengevakuasi warganya dari Wuhan, provinsi Hubei, setelah pemerintah China memberlakukan karantina di seluruh kota.
Ada 122 penumpang dalam penerbangan itu, yang sebagian besar adalah warga negara Jerman. Dua penumpang dinyatakan positif mengidap virus tersebut setelah diperiksa dan dibawa ke sebuah rumah sakit di Frankfurt, untuk dirawat secara terpisah. Kedua pasien akhirnya dinyatakan sembuh dan dipulangkan pada Jumat (14/02). Sisanya, diharuskan menghabiskan dua minggu karantina di sebuah pangkalan militer di kota selatan Frankfurt.
Jerman setidaknya telah mengkonfirmasi sebanyak 16 kasus virus COVID-19. Sebagian besar kasus yang terjadi terkait dengan sesi pelatihan yang diadakan oleh perusahaan Jerman-Cina di Bayern, di mana seorang rekan yang terinfeksi dari Wuhan hadir dalam pelatihan tersebut.(dtk)
Loading...
loading...