CMBC Indonesia - Jika di negara lain sembako, masker, hand sanitizer, dan tissue toilet menjadi barang paling dicari di tengah wabah virus Corona, di Amerika senjata api juga ikut diburu. Sejak wabah virus Corona dinyatakan sebagai pandemi, sebagian penduduk Amerika menjadikan senjata api sebagai barang yang juga wajib dibeli.
Mengutip situs Independent, Senin malam, 16 Maret 2020, antrean panjang di depan toko senjata terlihat dari California, Alabama, hingga New York. Dan, tidak semua yang mengantre adalah penggemar senjata api, tetapi juga warga yang baru pertama kalinya membeli senjata.
"Dari Ebola hingga flu burung, saya belum pernah melihat hal yang seperti ini," ujar salah satu pemilik toko senjata di Cobb County, Georgia, yang tidak disebutkan namanya.
Tidak hanya senjata api yang ramai diburu, tetapi juga amunisi. Menurut situs Yahoo Finance, penjualan amunisi terus menanjak sejak akhir Februari lalu. Sebagai contoh, dari 23 Februari hingga 4 Maret, penjualan amunisi secara keseluruhan di situs Ammo.com meningkat 68 persen.
Dari sekian banyak amunisi yang terjual, peluru 40 kaliber yang paling banyak dicari. Ammo.com mencatat kenaikan penjualan peluru tersebut sebanyak 410 persen. Adapun peluru 40 kaliber biasanya dipakai untuk senjata jenis handgun.
Marketing Manager Ammo.com, Alex Horsman, mengatakan bahwa peningkatan penjualan umumnya terjadi saat krisis ekonomi. Pada masa itu, biasanya, orang-orang mulai khawatir akan keamanan mereka. Peningkatan penjualan karena pandemi virus, kata ia, justru adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Tetapi masuk akal hal itu terjadi. Kebanyakan dari pelanggan kami selalu ingin siap untuk situasi berbahaya...Mereka ingin tahu bahwa dalam situasi apapun, mereka bisa menjaga diri mereka dan keluarga," ujar Horsman.
Sementara itu, seorang pemilik toko senjata di kawasan Arcadia, Califronia mengatakan bahwa pandemi virus Corona telah mempertemukannya dengan banyak pelanggan baru. Sebagian besar di antaranya adalah penduduk Amerika keturunan Asia.
"Kebanyakan dari mereka khawatir menjadi target serangan karena etnis mereka," ujar pemilik toko tersebut.
Sebagai catatan, jumlah korban dan kasus virus Corona di Amerika memang terus meningkat beberapa hari terakhir. Mengutip South China Morning Post, tercatat ada 3689 kasus dan 68 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19) di Amerika per hari ini.(tco)
Loading...
loading...