CMBC Indonesia - Adamas Belva Syah Devara mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden Joko Widodo.
Nama Belva belakangan mencuat lantaran pendiri sekaligus CEO Ruangguru itu mendapat proyek dari Istana dengan jumlah yang fantastis sebesar Rp 5,6 triliun untuk program Kartu Prakerja.
Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Andi Yusran menyatakan, mundurnya Belva patut diapresiasi sebagai pertanggungjawaban yang bersangkutan kepada publik.
Selain itu, kemunduran Belva juga sebagai jawaban atas kritik publik atas posisinya di Istana sebagai faktor penentu keberhasilannya meraih proyek trilyunan pelatihan daring kartu Prakerja.
"Saya menilai pengunduran diri tersebut tidak akan mengurangi ‘kecurigaan’ publik tentang ‘dugaan’ telah terjadinya konflik kepentingan antara posisi yang bersangkutan sebelumnya sebagai staf khusus Presiden dengan ‘pemegang’ proyek pelatihan daring tersebut," ungkapnya, Selasa (21/4).
Untuk itu agar lebih fair, Andi Yusran menyarankan tidak ada salahnya jika perusahaan milik Belva juga menarik diri dari proyek pelatihan daring kartu Prakerja tersebut.
"Jika tidak maka kesan yang muncul kemudian adalah bahwa mundurnya Belva dari posisi Staf Khusus Presiden karena sekadar ingin menyelamatkan proyek pelatihan daring kartu Prakerja yang telah ‘diraihnya’," pungkasnya. [rm]
Nama Belva belakangan mencuat lantaran pendiri sekaligus CEO Ruangguru itu mendapat proyek dari Istana dengan jumlah yang fantastis sebesar Rp 5,6 triliun untuk program Kartu Prakerja.
Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Andi Yusran menyatakan, mundurnya Belva patut diapresiasi sebagai pertanggungjawaban yang bersangkutan kepada publik.
Selain itu, kemunduran Belva juga sebagai jawaban atas kritik publik atas posisinya di Istana sebagai faktor penentu keberhasilannya meraih proyek trilyunan pelatihan daring kartu Prakerja.
"Saya menilai pengunduran diri tersebut tidak akan mengurangi ‘kecurigaan’ publik tentang ‘dugaan’ telah terjadinya konflik kepentingan antara posisi yang bersangkutan sebelumnya sebagai staf khusus Presiden dengan ‘pemegang’ proyek pelatihan daring tersebut," ungkapnya, Selasa (21/4).
Untuk itu agar lebih fair, Andi Yusran menyarankan tidak ada salahnya jika perusahaan milik Belva juga menarik diri dari proyek pelatihan daring kartu Prakerja tersebut.
"Jika tidak maka kesan yang muncul kemudian adalah bahwa mundurnya Belva dari posisi Staf Khusus Presiden karena sekadar ingin menyelamatkan proyek pelatihan daring kartu Prakerja yang telah ‘diraihnya’," pungkasnya. [rm]
Loading...
loading...