CMBC Indonesia - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta masyarakat bersiap menjalani kehidupan era normal baru dalam menghadapi pandemi virus Corona Covid-19.
Terkait itu, pakar epidemiologi Universitas Indonesia Syahrizal Syarif menilai metode itu justru akan meningkatkan kurva kasus Covid-19 setiap harinya.
Syahrizal menuturkan, jika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) itu dilonggarkan ketika belum memasuki puncak wabah, maka besar kemungkinan orang yang tertular justru akan lebih banyak.
"Setiap pelonggaran PSBB dimana situasi wabah belum mencapai puncak atau transmisi lokal masih berlangsung, pasti akan meningkatkan kurva kasus harian," kata Syahrizal, Rabu (20/5/2020).
Selain itu ia juga tidak sepakat apabila metode kehidupan berdampingan dengan Covid-19 serupa dengan herd immunity. Menurutnya metode herd immunity tidak akan diterapkan karena vaksin Covid-19 yang ditemukan.
Herd immunity ialah suatu keadaan di mana 80 persen populasi yang mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit dapat melindungi sub-populasi yang rentan dari kelompok sub-populasi yang sakit.
Keadaan ini bisa dicapai dengan program vaksinasi terhadap 80 persen populasi. Sehingga mempunyai kekebalan yang didapat atau memang penyakitnya sendiri memberi kekebalan alamiah setelah menginfeksi 80 persen populasi.
Untuk diketahui, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Joko Widodo menekankan agar masyarakat siap dalam menghadapi era normal baru virus corona. Kehidupan era normal baru yakni berdamai dengan Covid-19.
"Bapak presiden juga menekankan pentingnya kita harus bersiap siaga untuk menghadapi era normal baru, kehidupan normal baru di mana kita akan berada di dalam situasi yang beda dengan normal sebelumnya. Yaitu kita menghadapi suasana di mana lingkungan kita harus sudah bersama-sama dengan Covid-19 ini," ujar Muhadjir usia rapat terbatas bersama Presiden Jokowi melalui video conference, Senin (18/5/2020).
Terkait itu, pakar epidemiologi Universitas Indonesia Syahrizal Syarif menilai metode itu justru akan meningkatkan kurva kasus Covid-19 setiap harinya.
Syahrizal menuturkan, jika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) itu dilonggarkan ketika belum memasuki puncak wabah, maka besar kemungkinan orang yang tertular justru akan lebih banyak.
"Setiap pelonggaran PSBB dimana situasi wabah belum mencapai puncak atau transmisi lokal masih berlangsung, pasti akan meningkatkan kurva kasus harian," kata Syahrizal, Rabu (20/5/2020).
Selain itu ia juga tidak sepakat apabila metode kehidupan berdampingan dengan Covid-19 serupa dengan herd immunity. Menurutnya metode herd immunity tidak akan diterapkan karena vaksin Covid-19 yang ditemukan.
Herd immunity ialah suatu keadaan di mana 80 persen populasi yang mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit dapat melindungi sub-populasi yang rentan dari kelompok sub-populasi yang sakit.
Keadaan ini bisa dicapai dengan program vaksinasi terhadap 80 persen populasi. Sehingga mempunyai kekebalan yang didapat atau memang penyakitnya sendiri memberi kekebalan alamiah setelah menginfeksi 80 persen populasi.
Untuk diketahui, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Joko Widodo menekankan agar masyarakat siap dalam menghadapi era normal baru virus corona. Kehidupan era normal baru yakni berdamai dengan Covid-19.
"Bapak presiden juga menekankan pentingnya kita harus bersiap siaga untuk menghadapi era normal baru, kehidupan normal baru di mana kita akan berada di dalam situasi yang beda dengan normal sebelumnya. Yaitu kita menghadapi suasana di mana lingkungan kita harus sudah bersama-sama dengan Covid-19 ini," ujar Muhadjir usia rapat terbatas bersama Presiden Jokowi melalui video conference, Senin (18/5/2020).
Loading...
loading...