Oleh: M. Rizal Fadillah
KETIKA yang berbicara batal atau tidaknya puasa itu seorang non muslim, maka hal itu sangat bisa diabaikan. Kompetensi diri yang tak mumpuni. Apalagi jika dikaitkan ucapan itu dengan konotasi kepentingan politik tentu lebih sangat tak perlu diperhatikan lagi.
Itulah pidato Pak Menteri Luhut yang menyatakan bahwa jangan menjelekkan orang, nanti puasamu batal.
Menjelekkan itu tergantung, Pak. Untuk orang yang baik atau suatu kebijakan itu adalah baik, maka betul tak boleh menjelekkan. Bisa fitnah nantinya.
Akan tetapi jika orangnya berwatak jelek dan kebijakannya memang jelek maka menjelekkan belum tentu jelek apalagi membatalkan puasa. Menyatakan suatu fakta jelek adalah mencegah yang bersangkutan berbuat jelek atau melindungi masyarakat dari kejelekannya.
Dalam Islam itu termasuk bagian dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Hal ini bukan hanya tidak membatalkan puasa tetapi juga berpahala.
Untuk kaitan "mengubah kemungkaran" di saat melaksanakan puasa jangankan hanya perkataan, membunuh dalam peperangan saja boleh. Peperangan Nabi dan sahabat dilakukan saat melaksanakan shaum di bulan Ramadhan. Bagus-bagus saja. Jadi persoalan menjelekkan itu relatif.
Nah, kaitan ini Luhut sok tahu.
Memang Luhut ini tipenya sok hebat, sok benar, sok kuasa, dan tentu sok tahu juga. Sebagai orang Kristen tak perlulah ia masuk masuk ke ruang agama lain. Itu di luar pagar rumahnya. Itu tidak toleran, itu intervensi. Soal batal tidak puasa itu full atau sepenuhnya urusan ulama dan umat Islam. Sejak kapan Luhut jadi kyai.
Dalam ilmu jiwa jika orang itu sombong tandanya dia menutup kekurangan, orang sok pintar ciri dari orang bodoh, sok galak sebenarnya penakut. Sok berani dan heroik sesungguhnya pengecut. Begitu juga yang banyak omong soal pembela negara sebenarnya penghianat.
Sikap berlebihan itu menutupi kelemahan.
Luhut yang membawa dan mengadukan Said Didu ke ranah hukum, hanya membuat gara-gara saja. Apa yang disampaikan Didu adalah kritik yang seharusnya ditanggapi legowo oleh Luhut.
Buat apa jadi Menteri apalagi Menko disentil begitu saja sudah mengadu-ngadu. Tidak sedikit diantara pemuka masyarakat dan rakyat sendiri akan berada bersama Said Didu.
Luhut akan dilawan atas keangkuhan dan proteksi dirinya. Termasuk tentu saja sok tahu nya itu.
Saatnya Luhut minta maaf kepada umat Islam soal batal tidak puasa. Mencampuri ibadah umat. Jika tidak sebenarnya bisa saja umat Islam mengadukan ke kepolisian Pak Luhut Binsar Panjaitan atas perkataan yang menistakan.
Biar pengadilan yang akan membuktikan kebenarannya nanti.
Luhut tak boleh sok tahu. []
Loading...
loading...