Kata RR sapaan akrab Menko Prekonomian era Presiden Gus Dur ini, bukan kali ini saja, sudah bertahun-tahun "menkeu terbalik" itu meleset dan ngawur dalam melakukan perkiraan-perkiraan ekonomi.
Namun anehnya, meski sering tidak akurat, tapi Sri Mulyani tidak pernah mengaku bersalah dan merasa malu.
"Dari sejak tiga tahun yang lalu, perkiraan-perkiraan ekonomi Menkeu SMI sangat sering tidak akurat, meleset dan ngawur. Tapi ndak ada malunya," kara RR kepada redaksi, Selasa (19/5).
Misbakhun menilai SMI gagal membuat prediksi akurat tentang indikator ekonomi yang penting. Penilaiannya didasari pada kondisi riil tentang angka pertumbuhan ekonomi dan pelebaran angka defisit.
Menkeu dalam rapat dengan DPR pada 30 April 2020 menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal I di kisaran 4,5 sampai 4,7 persen. Namun ternyata pada 5 Mei 2020, BPS mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal I pada tingkat 2,97 persen.
Lalu, Menkeu menyampaikan kepada Komisi XI bahwa angka defisit dalam Peraturan Presiden No. 54/2020 tentang Perubahan Postur Dan Rincian APBN TA 2020 dipatok pada angka 5,07 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Namun, saat jumpa pers secara virtual pada Senin sore kemarin, Menkeu mengumumkan bahwa ada pelebaran defisit APBN menjadi 6,27 persen. Jadi defisitnya melonjak dari Rp 852,9 triliun menjadi sekitar Rp 1.028,5 triliun.
Oleh karena itu, Misbakhun, politisi Partai Golkear itu menganggap Menkeu gagal membuat prediksi yang tepat. Dan dia khawatir, Presiden Joko Widodo akan menanggung efek dari kesalahan Menkeu dalam merumuskan kebijakan.(rmol)
Loading...
loading...