CMBC Indonesia - Indonesia diakui tidak siap menangani Covid-19 saat pertama kali menjangkit Tanah Air.
Hal itu diakui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam webinar bersama DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Minggu malam (28/6).
“Nah sekarang fokus penanganan kita bikin kuratif, preventif promotif, kesehatan, pendanaan penanganan, ini tiga bulan pertama itu agak mencari-cari bentuknya (penanganan). Jadi orang bilang harus lockdown lah, harus inilah segala macam,” ujar Menko Luhut.
Setelah mencermati perkembangan Covid-19 baik nasional dan internasional, pemerintah mencari solusi untuk meningkatkan percepatan penanganan wabah dari Wuhan ini.
“Ini kan masalah baru, tapi setelah sudah berjalan beberapa waktu, kita sudah bisa menciptakan 65 lab (untuk) pengujian Covid-19, 2.889 RS Covid-19, pembangunan rumah sakit darurat,” ucapnya.
Pemerintah, kata dia, juga mendapatkan masukan dari berbagai kalangan masyarakat untuk menyiapkan fasilitas medis sekaligus mendapatkan peringatan dini bahwa Indonesia semula tidak siap menghadapi situasi krisis akibat hantaman wabah Covid-19 lantaran fasilitas medis yang tidak memadai.
“Overall, sekarang dari sisi positifnya, kita jadi tahu ada alert atau early warning, 'eh Indonesia itu rupanya sangat tidak siap menghadapi hal-hal seperti ini',” bebernya.
Dia mengaku, hampir 100 persen barang-barang farmasi yang didapat berasal dari impor. Saat ini pun pemerintah mengeluarkan dana yang banyak untuk memfokuskan industri farmasi.
“Kita hampir 98 persen impor pharmaceutical. Nah sekarang dengan Pak Rosan (Ketua Umum Kadin), kita udah bicara, karena itu perintah presiden kita membikin industri pharmaceutical, kira habis-habisan buat itu. Sekarang ada di Batang karena tidak jadi di Brebes, karena tanahnya tidak bagus, saya rasa Pak Bahlil (Kepala BKPM) yang paling tahu,” tandasnya. (Rmol)
Loading...
loading...