CMBC Indonesia - Beberapa belakangan beredar susunan kabinet hasil kocok ulang alias reshuffle pasca Presiden Joko Widodo meluapkan amarahnya dalam Sidang Kabinet paripurna 18 Juni 2020 yang lalu.
Dalam pesan yang beredar itu, terdapat daftar 14 menteri baru. Salah satu nama yang muncul mantan Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok).
Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo berpendapat, kemarahan Presiden Jokowi dalam rapat itu menyasar kepada menteri yang menangani langsung Covid-19 khususnya Menteri Kesehatan. Di lain hal, Jokowi juga mengeluhkan kinerja para pembantunya yang lambat.
“Kalau kita lihat kemarahan Presiden, itu yang dikeluhkan dari Presiden adalah kinerja menteri yang lambat, sementara Jokowi minta penanganan Covid-19 ini cepat dan tepat,” kata Karyono kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (4/7).
Dalam konteks itu, Karyono berpendapat, nama Ahok menjadi masuk akal jika kemudian nanti reshuffle kabinet benar-benar dilakukan oleh Presiden Jokowi. Menurut Karyono, Ahok di mata Jokowi adalah sosok yang mampu bekerja cepat.
“Ahok tipe orang yang bisa bekerja cepat, mungkin jika kita hubungkan dengan kemauan Presiden yang menghendaki menterinya untuk bekerja cepat, maka figur Ahok bisa masuk nominasi dalam kabinet nantinya,” pungkas Karyono.
Sebelumnya beredar nama-nama menteri hasil kocok ulang, dengan diawali kalimat Believe it, or Not, di dalamnya terselip 14 posisi menteri yang diisi pejabat baru.
Di urutan pertama, nama Jenderal (Purn) Budi Gunawan disebutkan akan duduk sebagai Menko Polhukam menggantikan Mahfud MD yang di dalam daftar itu pindah ke posisi Menkum HAM.
Lalu pada posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ada nama Prof. Dr. KH Haedar Nasir, menggantikan Nadiem Makarim.
Posisi Menteri Kesehatan juga diisi pejabat baru, Prof. Dr. Daeng Muhammad Faqih, yang menggusur nama Mayjen dr. Terawan. Selanjutnya pada posisi Menteri Sosial dituliskan nama Soetrisno Bachir.
Adapun di posisi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ada nama Ir. Johan O Silalahi yang sudah berada di sekitar Jokowi sejak periode pertama.
Posisi Menteri Perhubungan, percaya atau tidak, diisi oleh Marsekal Hadi Tjahyanto yang kini adalah Panglima TNI.
Posisi Menteri Pertanian diisi Rachmat Gobel yang kini Wakil Ketua DPR RI. Diikuti nama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang ditulis pada posisi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Nama Ahok pun muncul. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang pernah mendekam di penjara karena kasus penistaan agama itu disebutkan mengganti Erick Thohir pada posisi Menteri BUMN.
Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kini adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disebutkan duduk di kursi Menteri Koperasi dan UKM.
Pada posisi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ada nama Triawan Munaf. Dua posisi terakhir juga cukup menarik. Nama Letjen TNI Doni Monardo yang kini adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebutkan duduk di kursi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Budi Gunawan. (Rmol)
Dalam pesan yang beredar itu, terdapat daftar 14 menteri baru. Salah satu nama yang muncul mantan Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok).
Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo berpendapat, kemarahan Presiden Jokowi dalam rapat itu menyasar kepada menteri yang menangani langsung Covid-19 khususnya Menteri Kesehatan. Di lain hal, Jokowi juga mengeluhkan kinerja para pembantunya yang lambat.
“Kalau kita lihat kemarahan Presiden, itu yang dikeluhkan dari Presiden adalah kinerja menteri yang lambat, sementara Jokowi minta penanganan Covid-19 ini cepat dan tepat,” kata Karyono kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (4/7).
Dalam konteks itu, Karyono berpendapat, nama Ahok menjadi masuk akal jika kemudian nanti reshuffle kabinet benar-benar dilakukan oleh Presiden Jokowi. Menurut Karyono, Ahok di mata Jokowi adalah sosok yang mampu bekerja cepat.
“Ahok tipe orang yang bisa bekerja cepat, mungkin jika kita hubungkan dengan kemauan Presiden yang menghendaki menterinya untuk bekerja cepat, maka figur Ahok bisa masuk nominasi dalam kabinet nantinya,” pungkas Karyono.
Sebelumnya beredar nama-nama menteri hasil kocok ulang, dengan diawali kalimat Believe it, or Not, di dalamnya terselip 14 posisi menteri yang diisi pejabat baru.
Di urutan pertama, nama Jenderal (Purn) Budi Gunawan disebutkan akan duduk sebagai Menko Polhukam menggantikan Mahfud MD yang di dalam daftar itu pindah ke posisi Menkum HAM.
Lalu pada posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ada nama Prof. Dr. KH Haedar Nasir, menggantikan Nadiem Makarim.
Posisi Menteri Kesehatan juga diisi pejabat baru, Prof. Dr. Daeng Muhammad Faqih, yang menggusur nama Mayjen dr. Terawan. Selanjutnya pada posisi Menteri Sosial dituliskan nama Soetrisno Bachir.
Adapun di posisi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ada nama Ir. Johan O Silalahi yang sudah berada di sekitar Jokowi sejak periode pertama.
Posisi Menteri Perhubungan, percaya atau tidak, diisi oleh Marsekal Hadi Tjahyanto yang kini adalah Panglima TNI.
Posisi Menteri Pertanian diisi Rachmat Gobel yang kini Wakil Ketua DPR RI. Diikuti nama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang ditulis pada posisi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Nama Ahok pun muncul. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang pernah mendekam di penjara karena kasus penistaan agama itu disebutkan mengganti Erick Thohir pada posisi Menteri BUMN.
Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kini adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disebutkan duduk di kursi Menteri Koperasi dan UKM.
Pada posisi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ada nama Triawan Munaf. Dua posisi terakhir juga cukup menarik. Nama Letjen TNI Doni Monardo yang kini adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebutkan duduk di kursi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Budi Gunawan. (Rmol)
Loading...
loading...