CMBC Indonesia - Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) bukan barang baru di negeri ini. Pasalnya, gerakan revolusioner seperti ini sudah pernah ada sejak zaman Orde Lama.
Umumnya, kehadiran gerakan ini dilatarbelakangi kondisi negara yang mulai berjarak antara elite dengan rakyat.
Begitu urai Gurubesar Ilmu Politik dari Universitas Pertahanan, Profesor Salim Said dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang digelar TV One, Selasa (18/8).
“Jadi lama kelamaan jarak antara rakyat dengan elite itu semakin jauh, nah inilah yang melahirkan gerakan-gerakan seperti KAMI sekarang ini,” kata Salim Said di acara ILC, Rabu dinihari (19/8).
Menurutnya, orang-orang yang ada di KAMI merupakan orang-orang yang terpanggil untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan hal ini bukanlah hal baru di Indonesia bahkan di negara manapun.
Sehingga, dia meminta sejumlah pihak yang kontra terhadap berdirinya KAMI tidak perlu terkejut dan curiga.
“Jadi enggak usah terkejut dan enggak usah curiga,” ujarnya.
Pakar militer senior ini juga menilai tidak pantas jika orang-orang yang kritis tersebut dianggap sebagai barisan sakit hati akibat pilpres sebelumnya.
Dia menilai orang-orang dalam KAMI umumnya hanya memainkan peranan yang kosong dan harus diisi, yaitu untuk berada pada posisi mengkritisi laju roda pemerintahan Jokowi.
“Persoalannya adalah ada peranan yang harus dimainkan, maka muncullah orang seperti Said Didu, dia latar belakang dia punya angka-angka, pembangunan, dan sebagainya, ada juga orang seperti Chusnul Mariyah seorang profesor politik yang pernah terlibat mengurus pemilu,” tandasnya.(rmol)
Umumnya, kehadiran gerakan ini dilatarbelakangi kondisi negara yang mulai berjarak antara elite dengan rakyat.
Begitu urai Gurubesar Ilmu Politik dari Universitas Pertahanan, Profesor Salim Said dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang digelar TV One, Selasa (18/8).
“Jadi lama kelamaan jarak antara rakyat dengan elite itu semakin jauh, nah inilah yang melahirkan gerakan-gerakan seperti KAMI sekarang ini,” kata Salim Said di acara ILC, Rabu dinihari (19/8).
Menurutnya, orang-orang yang ada di KAMI merupakan orang-orang yang terpanggil untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan hal ini bukanlah hal baru di Indonesia bahkan di negara manapun.
Sehingga, dia meminta sejumlah pihak yang kontra terhadap berdirinya KAMI tidak perlu terkejut dan curiga.
“Jadi enggak usah terkejut dan enggak usah curiga,” ujarnya.
Pakar militer senior ini juga menilai tidak pantas jika orang-orang yang kritis tersebut dianggap sebagai barisan sakit hati akibat pilpres sebelumnya.
Dia menilai orang-orang dalam KAMI umumnya hanya memainkan peranan yang kosong dan harus diisi, yaitu untuk berada pada posisi mengkritisi laju roda pemerintahan Jokowi.
“Persoalannya adalah ada peranan yang harus dimainkan, maka muncullah orang seperti Said Didu, dia latar belakang dia punya angka-angka, pembangunan, dan sebagainya, ada juga orang seperti Chusnul Mariyah seorang profesor politik yang pernah terlibat mengurus pemilu,” tandasnya.(rmol)
Loading...
loading...