CMBC Indonesia - Anggota Komisi I DPR F-NasDem Willy Aditya menilai pelaporan terhadap Najwa Shihab terkait tayangan 'bangku kosong' untuk Menkes Terawan Agus Putranto tidak relevan. Kritik dalam demokrasi dinilai hal yang biasa.
"Pemilu sudah selesai, rekonsiliasi sudah terjadi, jadi sudah tidak relevan lagi untuk hal-hal seperti itu. Kehidupan demokrasi yang terbuka tentu harus membiasakan diri unutk mengkritik dan dikritik secara keras sekalipun, asalkan bukan bullying atau harassment," kata Willy kepada wartawan, Rabu (7/10/2020).
Untuk diketahui, Najwa Shihab diadukan ke Polda Metro Jaya oleh kelompok Relawan Jokowi Bersatu, meski akhirnya upaya pelaporan itu ditolak. Bagi Willy, karena Jokowi sudah menjadi Presiden, laporan dengan mengatasnamakan relawan akan menjadi bias.
Mestinya sudah ngga ada lagi model relawan-relawan itu. Pak Jokowi itu udah jadi Presiden RI. Ia milik dan pemimpin bangsa ini seutuhnya. Sekarang dia sudah kepala negara, salah satu bentuk representasi negara ini. Ia harus dibela, didukung ketika ada yang melecehkannya sebagai itu (Presiden). Ia perlu dihormati dan dihargai sebagai itu. Dan itu harus oleh bangsa ini seutuhnya. Jadi kalau lapor-melapor masih dengan identitas seperti relawan itu, bias jadinya," ujarnya.
Wakil Ketua Fraksi NasDem itu tak mempermasalahkan tayangan 'bangku kosong' Najwa Shihab. Asalkan, kata dia, tidak melanggar hukum dan melakukan persekusi.
"Yang penting tidak main hakim sendiri, tidak melakukan persekusi atau melakukan tindakan yang melawan hukum; semua nggak masalah. Toh, itu bentuk keadaban sebagai warga. Toh, itu jalan yang disediakan oleh negara bagi warga untuk mendapatkan keadilan. Bahwa itu dinilai kurang tepat atau lebay atau apapun, biar lembaga terkait yang menentukan. Dan Polri sudah melakukan itu kan?" tuturnya.
Di sisi lain, Willy menilai masyarakat belum terbiasa dengan tayangan Najwa Shihab hingga menganggapnya tendensius. Karena itulah, menurut Willy, banyak muncul pro dan kontra terkait tayangan 'bangku kosong' tersebut.
"Mungkin publik sepakat dengan Nana, tapi cara yang digunakannya dipandang tidak tepat bagi kultur kita dan kebanyakan orang Indonesia. Apalagi Menkes dalam hal ini memang sudah lama tidak muncul di tengah publik dan tanggung jawab utama penanganan COVID pun tidak berada di pundaknya. Walhasil, menjadi tidak heran jika muncul pro dan kontra terhadap isu ini," kata Willy.
Sebelumnya diberitakan, Relawan Jokowi Bersatu melaporkan Najwa Shihab ke Polda Metro Jaya. Najwa Shihab dilaporkan setelah mewawancarai 'bangku kosong' yang seolah-olah Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto dalam program Mata Najwa.
Menurut Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu, Silvia Devi Soembarto, aksi Najwa Shihab mewawancarai 'kursi kosong' itu merupakan tindakan cyber bullying. Silvia juga mengatakan pihaknya tergerak untuk melaporkan Nana, sapaan akrab Najwa Shihab, karena Menteri Terawan adalah representasi Presiden Joko Widodo.
"(Tindakan yang dipersangkakan) cyber bullying. Karena narasumber tidak hadir, kemudian diwawancarai, dan dijadikan parodi. Parodi itu suatu tindakan yang tidak boleh dilakukan kepada pejabat negara, khususnya menteri," kata Silvia kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (6/10)
Namun laporan Silvia ditolak polisi. Polisi mengarahkan Silvia untuk melapor ke Dewan Pers karena Najwa Shihab adalah seorang jurnalis, yang dilindungi oleh UU Pers.(dtk)
Loading...
loading...