OLEH: SALAMUDDIN DAENG
KALAU liberalisasi neoliberal bisa menyelamatkan ekonomi pemerintahan Jokowi, seharusnya paling tidak dalam enam tahun terakhir ekonomi membaik. Mengapa justru sebaliknya, stagnan cenderung memburuk?
Ternyata jalan ini sudah tidak relevan lagi. Dunia sudah rame-rame meninggalkannya.
Lalu mengapa pemerintah malah menggunakan jalan liberalisasi neoliberal Omnibus Law? Ternyata ini karena tukang keuangan Jokowi tak mengerti keadaan dunia, masih hidup di bawah tempurung.
Mereka pikir jalan liberalisasi neoliberal bisa menjadi kemenyan untuk jampi-jampi agar uang masuk. Ternyata ini hanya obat nyamuk bakar. Asapnya banyak dan bisa membuat sesak nafas.
Para tukang ekonomi, keuangan, politik, dan sosial budaya Jokowi adalah alumni krisis 98. Mereka tidak memiliki kemampuan dalam memahami tema baru yang tengah menggerakkan dunia saat ini.
Isi otak alumni 98 terpenjara dalam mainstream ideologi yang sudah tak relevan lagi dalam menganalisis dan memecahkan situasi yang tengah berlangsung.
Bahkan alumni krisis 98 ini hanya memahami bahwa ilmu ekonomi ini adalah liberalisasi neoliberal macam Omnibus Law. Malah ilmu ekonomi mereka hanya seputar bagaimana memberikan dana talangan kepada perusahaan, bailout bank, dan sejenisnya.
Mengambil pajak rakyat untuk mempertahankan supremasi oligarki atas politik dan ekonomi.
Alumni krisis 98 ini hanya kaki tangan oligarki busuk yang kemampuannya dan kredibilitas mereka tak lebih hanya dapat menjadi parasit negara. Memakan uang negara, namun tampil di depan publik sebagai penyangga ekonomi negara.
Sayangnya mereka sekarang seluruhnya tak lagi dipandang relevan oleh arsitektur keuangan global dalam menata masa depan. Oligarki busuk malah dipandang sebagai penyakit global saat ini, mereka hendak disingkirkan dan menjadi residu sejarah manusia.
Uang mereka hilang, perusahaan mereka ambruk, institusi penopang mereka roboh. Mereka terjatuh seperti pelepah pohon kelapa kering.
Pemerintahan Jokowi sekarang telah kehilangan kesempatan. Jalan yang ditempuh sudah menyimpang jauh dari tema perubahan saat ini.
Tema utama yang tengah memaksa dunia untuk berubah. Tema yang datang menerjang tak bisa dihalangi oleh siapapun. Apalagi oligarki Indonesia yang selama ini hanya kebagian remah-remah.
Dunia tampaknya memang lupa memberi nama tema yang tengah berlangsung. Digerakkan oleh tools utama yakni:1. Transparansi dengan tiga elemen kunci yakni ICT, digitalisasi, financial technology.
2. Penghapusan uang kotor melalui Automatic of Exchange Information (AoI), bersama Mutual legal Assitance (MLA).
3. Penghapusan energi kotor, industri kotor melalui COP 21 dan Covid-19.
Inilah elemen yang akan menyapu bersih dunia. Siapa yang bisa berselancar di atasnya akan bisa sampai ke tepi lautan HINDIA.
Loading...
loading...