CMBC Indonesia - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap ribuan orang masuk ke Indonesia membawa surat negatif Corona. Namun setelah dites, mereka menunjukkan hasil tes positif Corona.
Setiap orang yang masuk ke Indonesia via bandara akan menjalani 2 kali tes. Tes pertama saat tiba di RI (entry test) lalu tes setelah menjalani karantina (exit test).
"Betapa pentingnya tes entry dan tes exit, karena setelah tes entry dari 100 orang yang dites ada 1,1 persen orang yang positif. Tapi 100 orang dikarantina, ternyata begitu kita (tes) exit 2,4 persen, di luar 1,1 persen tetap juga positif," kata Budi saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Senin (13/9/2021).
Dari data yang ditampilkan Budi pada layar, terdapat pembagian bahwa sebanyak 3,5% WNI dan 0,8% WNA masuk Indonesia menunjukkan hasil positif meskipun telah membawa hasil tes negatif Corona.
Berikut ini 10 negara asal penerbangan dengan persentase hasil positif COVID-19 tertinggi:
- Arab Saudi: 4.717 orang, 702 positif (14,9%)
- Malaysia: 6.961 orang, 582 positif (8,4%)
- Uni Emirat Arab: 3.504 orang, 143 positif (4,1%)
- Korea Selatan: 2.604 orang, 54 positif (2,1%)
- Jepang: 2.146 orang, 36 positif (1,7%)
- Turki: 1.905 orang, 35 positif (1,8%)
- Taiwan: 2.044 orang, 25 positif (1,2%)
- Singapura: 3.003 orang, 23 positif (0,8%)
- Amerika Serikat: 2.042 orang, 20 positif (1,0%)
- Qatar: 2.261 orang, 16 orang positif (0,7%)
Berdasarkan data Kemenkes tersebut, tercatat ada 1.636 orang yang diketahui positif Corona meski memegang surat hasil tes negatif.
Budi menjelaskan bahwa setiap orang yang masuk ke Indonesia via bandara harus menyertakan surat negatif Corona. Akan tetapi, saat dilakukan pengecekan setiba di RI, hasil tes menunjukkan positif Corona.
"Khususnya untuk penerbangan, penerbangan lumayan ketat dari negara asal kita minta ada PCR test. Tapi tetap ketika begitu tiba kita tes, tinggi sekali positivity rate-nya," kata Menkes Budi dalam rapat.
"Yang paling tinggi adalah dari Arab Saudi, Malaysia, dan Uni Emirat Arab. Jadi kita nggak tahu juga apakah hasil PCR yang di sana memang berkualitas atau tidak dari tiga negara ini," sambungnya.
Tindakan Kemenkes
Terkait kondisi itu, Budi mengatakan Kemenkes akan segera melakukan kerja sama bilateral dengan Kementerian Kesehatan dari tiga negara tersebut. Serta memastikan laboratorium mana saja yang diperbolehkan digunakan untuk pemeriksaan PCR sebelum datang ke Indonesia.
"Untuk memastikan, membatasi, lab-lab apa saja yang boleh kita terima, yang bersertifikasi dengan baik di otoritas lokalnya untuk memastikan kualitas PCR-nya bagus," jelas Menkes Budi.
"Karena hal yang sama juga dilakukan seperti negara Korea Selatan dan China, kalau kita mau datang ke sana, hanya beberapa lab di Indonesia yang diperbolehkan untuk bisa melakukan tes PCR, untuk menjaga kualitas, agar tidak terjadi hal-hal seperti ini," lanjutnya. [detik]
Loading...
loading...