CMBC Indonesia -Kejanggalan Pesantren Madani Boarding School tempat 12 santriwati diperkosa Herry Wirawan, pemilik pesantren tersebut, satu per satu terkuak.
Sekolah yang berada pengelolaan Yayasan Pendidikan Sosial Manarul Huda Antapani ini, hanya mempunyai satu guru, yaitu Herry sendiri. Santrinya yang semuanya perempuan berusia 13 tahunan tak pernah belajar.
Hal itu dikatakan pengacara sejumlah korban asal Garut, Yudi Kurnia. Menurutnya di pesantren tersebut Herry bertindak sebagai pengelola dan guru tunggal. Tidak ada pengajar lain di pesantren tersebut.
"Dia pemilik yayasan, sekaligus pengajar. Ini yang saya heran. Pesantren itu, santrinya adalah perempuan semua. Yang mengajarnya satu orang. Si oknum itu laki-laki," katanya kepada wartawan, Jumat (10/12/2021).
Masih menurut keterangan para korban, kata dia, para santriwati tak benar-benar belajar di sana. Mereka malah sering diminta membuat proposal pesantren.
"Menurut keterangan korban, dia sebetulnya setiap harinya bukan belajar. Mereka itu setiap hari disuruh bikin proposal," kata Yudi.
Sementara itu menurut Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut Diah Kurniasari di pesantren milik Herry Wirawan para santri hidup mandiri, tidak ada pengelolanya.
"Mereka juga di sana masak sendiri, jadi enggak ada (pengelola) yang lain," ucap Diah.
Dengan kondisi begitu, diduga kuat Herry dengan leluasa melancarkan aksi bejatnya. Menurut Diah, para santriwati diperkosa di lingkungan pesantren, ada juga yang dibawa ke luar. "Ada yang dibawa ke hotel juga," kata Diah.
Santriwati Diam Ketakutan
Lebih lanjut Yudi Kurnia mengatakan orangtua merasa kecolongan. Selama ini, saat para santri pulang kampung saat lebaran tidak pernah ada yang bercerita.
"Memang dia (korban) sepertinya dia aneh. Dia seakan tidak mau melaporkan, bahkan ini kan udah beberapa tahun padahal. Dan setiap tahun, pulang kampung ke orang tua," kata Yudi.
Masih menurut Yudi, para korban menceritakan setiap kali pemerkosaan terjadi, mereka berusaha melawan. Namun Herry Wirawan lihai memperdaya mereka. "Kalau menurut keterangan dari anak-anak, mereka itu menolak. Tapi, setelah ada si pelaku, itu memberikan bisikan di telinga, dia jadi mau. Ada bisikan ke telinga korban setiap mau melakukan itu," kata Yudi.(detik)
Loading...
loading...